Kamis, 03 Maret 2011

Perkembangan Pola Pikir Manusia

JENIS- JENIS POLA PIKIR

Umum
Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, baik sebagai individu maupun keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
-Tahap teologi/fiktif, dalam tahap ini manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan akhir dari segala sesuatu. tentu saja semua itu dihubungkan kepada kekuatan ghaib diluar kemampuan mereka sendiri. Mereka meyakini adanya kekuatan yang maha hebat yang menguasai semua fenomena alam entah itu dewa atau kekuatan ghaib lainya.
-Tahap filsafat/fisik/abatrak, tahap ini hampir sama dengan tahap sebelumnya. Hanya saja mereka mendasarkan semua itu pada kamampuan akalnya sendiri,akal yang mampu untuk melakukan abstareaksi untuk menemukan hakikat sesuatu.
-Tahap positif/ilmiah riil, merupakan tahap di mana manusia mampu untuk melakukan aktivitas berfikir secara positif atau riil. Kemampuan ini didapatkan melalui usaha pengamatan, percobaan, dan juga perbandingan.

Berpikir adalah kemampuan penalaran manusia dengan proses yang benar. Penalaran merupakan usaha logis dan analaisis untuk menmukan jawaban atas berbagai pertanyaaan. Kemampuan ini tidak didapat melalui perasaan. Namun tentu ada pengetahuan yang bersumber dari bukan penalaran, yaitu:
Pengambilan keputusan berdasarkan perasaaan
Intuisi, kegiatan berpikir yang tidak analisi. Intuisi adalah pengetahuan yang timbul dari pengetahuan-pengetahuan terdahulu, intuisi bisa saja timbul menyelesaikan permasalahan tanpa proses berpikir yang sistematis
Wahyu, merupakan sumber pengetahuan yang paling tnggi
Trial and error, mencoba dan menemukan kegagalan, mencoba lagi dan gagal lagi hingga menemukan cara yang benar-benar tepat.


Ilmu Pengetahuan
Adanya pola-pola dasar atau desain atau kerangka yang dilakukan oleh aktivitas jiwa dalam menemukan suatu pengetahuan memerlukan suatu objek pengetahuan dan instrumen untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Bertambahnya pengetahuan seiring dengan proses perkembangan pola pikir manusia diawali dengan rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitar, bulan, bintang dan matahari yang dipandangnya, bahkan rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri. Adanya kemampuan berfikir manusia menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang. Dengan kemampuan berfikir manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuannya yang diperoleh hingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang ingin dicari atau didapatkan tentunya bersumber pada kebenaran. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar. Tahu yang tidak benar disebut keliru. Jika suatu pengetahuan yang terdahulu mengalami kekeliruan maka sudah pasti terdapat suatu kebenaran sesudahnya. Kekeliruan tentunya akan memberikan dampak yang negatif bagi manusia sehingga mereka meninggalkan suatu kekeliruan. Asumsi awal manusia mendapatkan pengetahuan secara empirik melalui pengamatan dan pengalaman. Data-data inderawi, benda-benda memori manusia merupakan beberapa instrumen dalam mendapatkan pengetahuan. Di samping itu perasaan intuitif atau insting juga menambah kepercayaan terhadap penemuan yang didapatkan sehingga kepercayaan terhadap suatu objek pengetahuan menimbulkan keyakinan terhadap ilmu pengetahuan tertentu. Ilmu Pengetahuan itu dapat ditinjau kembali kebenarannya, jika terdapat kekeliruan maka akan timbul ketidakpuasan sebagai akibat keterbatasan manusia khususnya dalam penggunaan instrumen atau pengolahan data-data inderawi dalam menerima pengetahuan tanpa dia ketahui kemudian melahirkan mitos. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari rasa ingin tahu terhadap suatu realitas yang kurang terpuasakan terutama mengenai hal-hal yang ghaib. Namun seiring dengan perkembangan pola pikir manusia yang haus akan rasa ingin tahu melalui kajian-kajian ilmu pengetahuan maka pada akhirnya melahirkan pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan ilmiah memerlukan alasan dan atau penjelasan secara sistematis yang dibuat untuk memberikan keyakinan.
Bentuk dan sumber pengetahuan Russel membuat kategori-kategori berikut :
Pengetahuan melalui pengalaman dalam pengertian yang didapatkan dari:
-Data-data inderawi
-Benda-benda memori
-Keadaan internal
-Diri sendiri

Pengetahuan melalui deskripsi yaitu pengetahuan yang di dapatkan melalui:
-Orang lain
-Benda-benda fisik (merupakan suatu konstruksi, bukan data inderawi )

Adanya dua bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan langsung dan pengetahuan tak langsung. Pengetahuan langsung diperoleh dari pengamatan ekstern dan intern. Pengamatan ekstern secara langsung kita dapat mengetahui adanya sesuatu benda dalam dunia luar melalui alat indera. Pengamatan ekstern merupakan sumber pengetahuan secara langsung berupa alat untuk menangkap objek di luar manusia melalui kekuatan indera, sedangkan pengamatan intern atau intuisi adalah proses kejiwaan tanpa suatu rangsang untuk mampu membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan tak langsung dapat diperoleh dengan beberapa cara yakni dengan penarikan konklusi / penalaran, kesaksian, dan wahyu. Kongklusi penalaran adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan pengertian atau lebih dengan maksud memperoleh pengetahuan baru.
Teori-teori pengetahuan bila didasarkan menurut sifat teoritis dan historis dapat dikelompokkan menjadi dua aliran yang besar, yaitu rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme meyakini bahwa sejumlah ide atau konsep adalah terlepas dari pengalaman dan bahwa kebenaran itu dapat diketahui hanya dengan nalar. Sedangkan empirisme berpendapat bahwa semua ide dan kosep berasal dari pengalaman dan bahwa kebenaran hanya dapat dibangun berdasarkan pengalaman. Dari dua pemahaman tersebut melahirkan asumsi bahwa terdapat dua pengetahuan yaitu pengetahuan mutlak atau utama (priori) yang tidak didapatkan berdasarkan pengalaman . Pengetahuan empiris atau posteriori adalah pengetahuan yang berasal atau bergantung pada pengalaman.
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses yang dinamakan metode ilmiah. Aristoteles mengembangkan metode ke dalam :
-Induksi yaitu penalaran dari yang khusus kepada yang umum, perhitungan sederhananya: fakta1 + fakta2 + … –> kesimpulan
-Deduksi yaitu penalaran dari yang umum kepada yang khusus
-Observasi yaitu penggunaan bukti empiris
-Klasifikasi yaitu penggunaan definisi

Beberapa metode yang bermunculan sesuai dengan bidang keilmuannya diantaranya phytagoras mengembangkan metode perhitungan matematika, democritus dengan mengajukan konsep mekanisme. Dan metode ilmiah akhirnya menjadi sebuah tahapan yang bervariasi sesuai dengan disiplin ilmu yang dihadapi.
Jonh Dewey (dalam buku How We Think) menggambarkan metode ilmiah sebagai refleksi pemikiran dan merinci lima langkah problem solving (pemecahan masalah) sebagai bingkai pengetahuan atau metode ilmiah:
-Mengenali masalah-keadaan yang tidak menentu.
-Mengklasifikasi keadaan tak menentu sebagai satu masalah dengan menggunakan definisi, observasi, dan klasifikasi fakta-fakta,
-Menformulasi solusi yang mungkin dilakukan -hipotesis,
-Melakukan deduksi(kesimpulan) dari variable atau menguji konsekuensinya,
-Memverifikasi dan memformulasikan sebagai sesuatu yang penting dilakukan untuk menerima atau menolak hipotesis dan atau penyelesaian masalah.

0 komentar:

Posting Komentar